Website Simulasi Konsultasi Psikologi
http://siagaanakindonesia.blogspot.co.id/2016/01/sejarah-siaga-anak-indonesia-siaga-anak.html
Softskill (Sistem Informasi Psikologi)
13.50 |
Read User's Comments(0)
TERAPI SUPPORTIVE, TERAPI REEDUCATIVE, DAN TERAPI RECONSTRUNCTIVE
21.08 |
TERAPI SUPPORTIVE
adalah
suatu bentuk terapi alternatif yang mempunyai tujuan untuk menolong pasien
beradaptasi dengan baik terhadap suatu masalah yang dihadapi dan untuk
mendapatkan suatu kenyamanan hidup terhadap gangguan psikisnya. Terapi
suportif menawarkan dukungan kepada pasien oleh seorang tokoh yang
berkuasa selama periode penyakit, kekacauan atau dekompensasi sementara.
Pendekatan ini juga memiliki tujuan untuk memulihkan dan memperkuat pertahanan
pasien dan mengintegrasikan kapasitas yang telah terganggu. Cara ini memberikan
suatu periode penerimaan dan ketergantungan bagi pasien yang membutuhkan
bantuan untuk menghadapi rasa bersalah, malu dan kecemasan dan dalam menghadapi
frustasi atau tekanan eksternal yang mungkin terlalu kuat untuk dihadapi.
Tujuan :
menaikkan
fungsi psikologi dan sosial
menyokong
harga dirinya dan keyakina dirinya sebanyak mungkin
menyadari
realitas, keterbatasannya, agar dapat diterima
mencegah
terjadinya relaps
bertujuan
agar penyesuaian baik
mencegah
ketergantungan pada dokter
memindahkan
dukungan profesional kepada keluarga
Syarat pemberian terapi :
gangguan
bersifat sedang
kepribadian
premorbid pasien yang kuat disertai dengan adanya pemulihan diri yang kuat.
Guidance/Bimbingan,
yakni prosedur pemberian pertolongan secara aktif dengan cara memberikan fakta
dan interpretasi' dalam bidang pendidikan, pekerjaan, hubungan sosial dan
bidang-bidang Kesehatan
Manipulasi
lingkungan, yakni usaha untuk menyelesaikan problem-problem emosional klien
dengan cara menghilangkan atau mengubah unsur-unsur lingkungan yang tidak
menguntungkan
Eksternalisasi
perhatian, yakni usaha untuk mengalihkan perhatian klien yang mengalami
keeeinasan atau depresi dengan jalan memberikan dorongan agar klien dapat
memulai lagi aktivitas yang pernah disenanginya ataupun mengembangkan
kesenangan baru untuk mengisi waktu senggangnya. Jenis-jenis eksternalisasi
perhatian antara lain terapi kerja, terapi musik,terapi gerak dan tari, terapi
syair, terapi sosial
Sugesti-prestis,
yakni usaha terapis untuk mensugesti klien, yakni memberikan pengaruh psikis
tanpa daya kritik
Meyakinkan
kembali (reassurance), terapi ini biasanya menyertai pada setiap terapi. Klien
yang merasa dieengkam ketakutan yang irasional perlu ditenangkan dan
dihibur.Terapis perlu mendiskusikan ketakutan-ketakutan tersebut secara terbuka
dengan kliennya untuk menjelaskan bahwa ketakutan itu tidak rasional atau tidak
berdasar
Dorongan
dan paksaan, yakni dengan memberikan ren-'ara' dan punishment untuk
menstimulasi perilaku klien sesuai yang diharapkan. Di antaranya dengan cara
klien diberi tugas untuk melawan impuls-impuls yang menimbulkan neurotik,
berusaha menghilangkan atau mengurangi intcnsitasnya sampai di bawah titik
kritis
Persuasi,
yakni mendasari diri pada anggapan bahwa dalam diri klien mempunyai
sesuatu kekuatan untuk proses emosinya yang patologis dengan kekuatan dan
kemampuan ataupun dengan menggunakan common sensenya sendiri, sebab pada
umumnya orang yang menderita gangguan jiwa dalam keadaan intelek tertutup emosi
Pengakuan
dan penyaluran, yakni dengan cara mengeluarkan isi hati kepada orang lain.
Pendekatan ini untuk mengurangi tekanan yang ada pada klien, sebab dengan
adanya pengakuan dan penyaluran maka segala rasa tertekan yang mengganjal dapat
dilepaskan (katarsis)
Terapi
kelompok pemberi inspirasi, yakni terapi kelompok yang terdiri dari klien yang
memiliki problem sejenis.
TERAPI REEDUCATIVE
Untuk
mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya lebih banyak di alam
sadar, dengan usaha berencana untuk menyesuaikan diri, memodifikasi tujuan
dan membangkitkan serta mempergunakan potensi-potensi kreatif yang ada.
Cara-cara psikoterapi reduktif
antara lain :
terapi
hubungan antar manusia (relationship therapy)
terapi
sikap (attitude therapy)
terapi
wawancara (interview therapy)
analisa
dan sinthesa yang distributif (terapi psikobiologik Adolfmeyer)
konseling
terapetik
terapi
case work
reconditioning
terapi
kelompok yang reduktif
terapi
somatic 2
TERAPI RECONSTRUNCTIVE
Terapi
Rekonstruktif yakni menyelami alam tak sadar melalui teknik seperti asosiasi
bebas, interpretasi mimpi, analisa daripada transfersi. Terapi ini untuk
mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya di alam tak sadar,
dengan usaha untuk mendapatkan perubahan yang luar daripada struktur
kepribadian dan pengluasan pertumbuhan kepribadian dengan pengembangan potensi
penyesuaian diri yang baru.
Tujuan Terapi Rekonstruktif
Perombakan
radikal daripada corak kepribadian hingga tak hanya tercapai suatu penyesuaian
diri yang lebih efisien, akan tetapi juga suatu maturasi daripada perkembangan
emosional dengan dilahirkannya potensi adaptif baru.
Cara psikoterapi reconstructive :
Psikoanalisa
Freud
Psikoanalisa
non Freud
psikoterapi
yang berorientasi kepada psikoanalisa
Sumber :
http://www.slideshare.net/iebeiyan/45620167-psikoterapisuportif
http://rinisuryaningputrisetyawati.blogspot.com/2011/04/reconstructive-therapy.html
http://rinisuryaningputrisetyawati.blogspot.com/2011/04/reeducative-therapy.html
http://www.scribd.com/doc/55373848/27/Psikoterapi-Reedukatif
http://www.scribd.com/doc/55373848/28/Psikoterapi-Rekonstruktif
staff.uny.ac.id/sites/default/files/scan0003_6.pdf
PERBEDAAN ANTARA KONSELING DAN PSIKOTERAPI
19.00 |
PERBEDAAN ANTARA KONSELING DAN
PSIKOTERAPI
A. Pengertian
Konseling
1. Menurut Schertzer dan Stone (1980)
Konseling
adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi
antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya,
mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang
diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.
2. Menurut Jones (1951)
Konseling
adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa
difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan.
Dimana ia diberi panduan pribadi dan langsung dalam pemecahan untuk lkien.
Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk
memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan.
3. Prayitno dan Erman Amti (2004:105)
Konseling
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh
seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu
masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
klien.
4. Menurut A.C. English dalam Shertzer
& Stone (1974)
Konseling
merupakan proses dalam mana konselor membantu konseli (klien) membuat
interprestasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana,
atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuatnya.
5. Menurut APGA (American Personel
Guidance Association) dalam Prayitno (1987 : 25)
Konseling
adalah hubungan antara seorang individu yang memerlukan bantuan untuk mengatasi
kecemasannya yang masih bersifat normal atau konflik atau masalah pengambilan
keputusan.
Menurut Galdding, konseling berlangsung dalam jangka
waktu yang relative singkat,bersifat antar pribadi, sesuai dengan teori-teori
yang ada, dilakukan oleh orang yang ahli di bidangnya serta sesuai dengan etika
dan aturan-aturan yang ada yang berpusat pada pemberian bantuan kepada
orang-orang yang pada dasarnya mengalami gangguan psikologis agar orang-orang
yang menyimpang dan mengalami masalah situsional dapat kembali normal.
B. Psikoterapi
Psikoterapi
adalah usaha penyembuhan untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan
dan perilaku. Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu
"Psyche" yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan
"Therapy" yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh
karena itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi
mental, atau terapi pikiran.
Psikoterapi adalah
proses difokuskan untuk membantu Anda menyembuhkan dan konstruktif belajar
lebih banyak bagaimana cara untuk menangani masalah atau isu-isu dalam
kehidupan Anda. Hal ini juga dapat menjadi proses yang mendukung ketika akan
melalui periode yang sulit atau stres meningkat, seperti memulai karier baru
atau akan mengalami perceraian (hariyanto, 2010).
C. Perbedaan Antara Konseling Dengan Psikoterapi
Apabila kita tinjau dari definisi
kedua permbahasan tersebut konseling Menurut Schertzer dan Stone (1980)
Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat
pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan
lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai
yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.
Sedangkan psikoterapi menurut Wolberg (1967 dalam Phares dan Trull
2001), mengungkapkan bahwa psikoterapi merupakan suatu bentuk perlakuan atau
tritmen terhadap masalah yang sifatnya emosional. Dengan tujuan menghilangkan
simptom untuk mengantarai pola perilaku yang terganggu serta meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang positif.
Dari dua definisi di atas kita bisa tarik kesimpulan
mengenai dua pembahasan tersebut bahwa konseling lebih terfokus pada interaksi
antara konselor dan konseli dan lebih mengutamakan pembicaraan serta komunikasi
non verbal yang tersirat ketika proses konseli berlangsung dan semacam
memberikan solusi agar konseli dapat lebih memahami lingkungan serta mampu
membuat keputusan yang tepat dan juga nantinya konseli dapat menentukan tujuan
berdasarkan nilai yang diyakininya.
Sedangkan psikoterapi lebih terfokus pada treatment terhadap
masalah sifatnya emosional dan juga lebih dapat diandalkan pada klien yang
mengalami penyimpangan dan juga lebih berusaha untuk menghilangkan
simptom-simptom yang di anggap mengganggu dan lebih mengusahakan agar klien
dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian ke arah yang
positif.
Perbedaan konseling dan psikoterapi didefinisikan oleh
Pallone (1977) dan Patterson (1973) yang dikutip oleh Thompson dan Rudolph
(1983), sebagai berikut:
KONSELING
|
PSIKOTERAPI
|
1. Klien
|
1. Pasien
|
2. Gangguan yang kurang serius
|
2. Gangguan
yang serius
|
3. Masalah: Jabatan, Pendidikan, dsb
|
3. Masalah
kepribadian dan pengambilan
keputusan
|
4. Berhubungan dengan pencegahan
|
4. Berhubungan
dengan penyembuhan
|
5. Lingkungan pendidikan dan non medis
|
5. Lingkungan
medis
|
6. Berhubungan dengan kesadaran
|
6. Berhubungan
dengan ketidaksadaran
|
7. Metode pendidikan
|
7. Metode
penyembuhan
|
Sumber :
-http://www.scribd.com/doc/52277165/Definisi-Konseling-Menurut-Para-Ahli-Serta-Analisisnya
-http://id.wikipedia.org/wiki/Konseling
-http://books.google.co.id/
-sintak.unika.ac.id/staff/blog/uploaded/5811995183/files/konseling&psikoterapi.pptx
-http://smileandsprit.blogspot.com/2013/05/perbedaan-antara-konseling-dan.html
PENGERTIAN PSIKOTERAPI
21.30 |
PENGERTIAN PSIKOTERAPI
Psikoterapi adalah pengobatan secara psikologis untuk masalah yang
berkaitan dengan pikiran, perasaan dan perilaku. Psikoterapi (Psychotherapy)
berasal dari dua kata, yaitu “Psyche” yang artinya jiwa, pikiran atau mental
dan “Therapy” yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena
itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental,
atau terapi pikiran.
Psikoterapi adalah proses yang digunakan profesional dibidang kesehatan
mental untuk membantu mengenali, mendefinisikan, dan mengatasi kesulitan
interpersonal dan psikologis yang dihadapi individu dan meningkatkan
penyesuaian diri mereka (Proschaska & Norcross, 2007)
Ada tiga ciri utama psikoterapi, yaitu:
1. Dari segi proses : berupa
interaksi antara dua pihak, formal, profesional, legal dan menganut kode etik
psikoterapi.
2. Dari segi tujuan : untuk mengubah
kondisi psikologis seseorang, mengatasi masalah psikologis atau meningkatkan
potensi psikologis yang sudah ada.
3. Dari segi tindakan: seorang psikoterapis
melakukan tindakan terapi berdasarkan ilmu psikologi modern yang sudah teruji
efektivitasnya.
Interaksi Sistematis
Psikoterapi adalah suatu proses yang menggunakan suatu interaksi antara
kline dan terapis. Kata sistematis di sini berarti terapis
menyusun interaksi-interaksi dengan suatu rencana dan tujuan khusus yang
menggambarkan segi pandangan teoritis terapis.
Prinsip-prinsip Psikologis
Psikoterapis menggunakan prinsip-prinsip penelitian, dan teori-teori
psikologis serta menyusun interaksi teraupetik.
Tingkah Laku, Pikiran dan Perasaan
Psikoterapi memusatkan perhatian untuk membantu pasien mengadakan
perubahan-perubahan behavioral, kognitif dan emosional serta membantunya supaya
menjalani kehidupan yang lebih penuh perasaan. Psikoterapi mungkin diarahkan
pada salah satu atau semua ciri dari fungsi psikologis ini.
Tingkah Laku Abnormal, Memecahkan Masalah, dan Pertumbuhan Pribadi
Sekurang-kurangnya ada tiga kelompok klien yang dibantu oleh psikoterapi. Kelompok
pertama adalah orang-orang yang mengalami masalah-masalah tingkah laku
yang abnormal, seperti gangguan suasana hati, gangguan penyesuaian diri,
gangguan kecemasan atau skizofrenia. Untuk beberapa gangguan ini, terutama
gangguan bipolar dan skizofrenia, terapi biologis umumnya memegang peranan
utama dalam perawatan. Meskipun demikian, selain perawatan biologis,
psikoterapi membantu pasien belajar tentang dirinya sendiri dan memperoleh
keterampilan-keterampilan yang akan memudahkannya menanggulangi tantangan hidup
dengan lebih baik. Kelompok kedua adalah orang-orang yang
meminta bantuan untuk menangani hubungan-hubungan yang bermasalah atau
menangani masalah-masalah pribadi yang tidak cukup berat dianggap abnormal,
seperti perasaan malu atau bingung mengenai pilihan-pilihan karir.Kelompok
ketiga adalah orang-orang yang mencari psikoterapi karena
psikoterapi dianggap sebagai sarana untuk memperoleh petumbuhan pribadi. Bagi
mereka, psikoterapi adalah sarana untuk penemuan diri dan peningkatan kesadaran
yang akan membantu mereka untuk mencapai potensi yang penuh sebagai manusia.
Psikoterapi juga memiliki ciri-ciri yang lain. Psikoterapi membutuhkan
interaksi-interaksi verbal. Bagaimanapun juga, psikoterapi adalah
“terapi-terapi bicara”— bentuk-bentuk interaksi antara klien yang melibatkan
pembicaraan. Dalam interaksi-interaksi itu, terapis yang terampil adalah
seorang pendengar yang penuh perhatian. Mendengar dengan penuh perhatian adalah
suatu kegiatan yang aktif bukan pasif. Terapis mendengar dengan teliti apa yang
dialami dan diusahakan oleh pasien untuk disampaikan oleh psikoterapis.
Psikoterapi-psikoterapi juga melibatkan kemonukasi-komunikasi nonverbal.
Seorang terapis yang terampil, seperti orang pewawancara yang terampil,
seharusnya peka terhadap isyarat-isyarat nonverbal dari pasien dan peka
terhadap gerak isyarat yang mungkin menunjukkan perasaan-perasaan atau
konflik-konflik yang mendasar.
Sumber
:
1. Mappiare, Andi. 1992. Pengantar
Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT Raja Grafindo
2. Semiun. Yustinus. 2006. Kesehatan
Mental. Yogyakarta. Kanisius
Langganan:
Postingan (Atom)