Definisi Kekuasaan
Kekuasaan
(power) adalah kemampuan yang dimiliki seseorang atau kelompok untuk
mempengaruhi individu lain ataupun kelompok lain. Kekuasaan yang dimiliki
seseorang akan menempatkan orang tersebut dalam suatu kedudukan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan orang lain yang dipengaruhinya. Pada umumnya
kekuasaan akan menciptakan suatu hubungan yang vertical dalam suatu organisasi.
Kekuasaan juga akan menentukan siapa yang pantas dan seharusnya mengambil
keputusan (decision making) dalam suatu organisasi.
Teori yang dikemukakan oleh French dan Raven ini menyatakan bahwa kepemimpinan bersumber pada kekuasaan dalam kelompok atau organisasi. Dengan kata lain, orang atau orang-orang yang memiliki akses terhadap sumber kekuasaan dalam suatu kelompok atau organisasi tertentu akan mengendalikan atau memimpin kelompok atau organisasi itu sendiri. Adapun sumber kekuasaan itu sendiri ada tiga macam, yaitu kedudukan, kepribadian dan politik.
Gilbert
W. Fairholm mendefinisikan kekuasaan sebagai “... kemampuan individu untuk
mencapai tujuannya saat berhubungan dengan orang lain, bahkan ketika dihadapkan
pada penolakan mereka.” Fairholm lalu merinci sejumlah gagasan penting dalam
penggunaan kekuasaan secara sistematik dengan menakankan bahwa kapasitas
personal-lah yang membuat pengguna kekuasaan bisa melakukan persaingan dengan
orang lain.
Sumber-Sumber
Kekuasaan dalam Organisasi
Kekuasaan Berdasarkan Kedudukan
memiliki pengaruh potensial yang berasal dari kewenangan yang sah karena kedudukannya
dalam organisasi terdiri dari: Kewenangan Formal dan Kekuasaan Pribadi.
Kewenangan Formal, yaitu kewenangan yang mengacu pada hak prerogatif, kewajiban dan tanggung jawab seseorang berkaitan dengan kedudukannya dalam organisasi atau sistem sosial.
Kontrol terhadap sumber daya dan imbalan, merupakan kontrol dan penguasaan terhadap sumber daya dan imbalan terkait dengankedudukan formal. Makin tinggi posisi seseorang dalam hirarki organisasi, makin banyak kontrol yang dipunyai orang tersebut terhadap sumber daya yang terbatas. Kontrol terhadap hukuman merupakan kapasitas untuk mencegah seseorang memperoleh imbalan.. Kontrol terhadap informasi menyangkut kontrol terhadap akses terhadap informasi penting maupun kontrol terhadap distribusinya kepada orang lain. Kontrol ekologis menyangkut kontrol terhadap lingkungan fisik, teknologi dan metode pengorganisasian pekerjaan.
Kewenangan Formal, yaitu kewenangan yang mengacu pada hak prerogatif, kewajiban dan tanggung jawab seseorang berkaitan dengan kedudukannya dalam organisasi atau sistem sosial.
Kontrol terhadap sumber daya dan imbalan, merupakan kontrol dan penguasaan terhadap sumber daya dan imbalan terkait dengankedudukan formal. Makin tinggi posisi seseorang dalam hirarki organisasi, makin banyak kontrol yang dipunyai orang tersebut terhadap sumber daya yang terbatas. Kontrol terhadap hukuman merupakan kapasitas untuk mencegah seseorang memperoleh imbalan.. Kontrol terhadap informasi menyangkut kontrol terhadap akses terhadap informasi penting maupun kontrol terhadap distribusinya kepada orang lain. Kontrol ekologis menyangkut kontrol terhadap lingkungan fisik, teknologi dan metode pengorganisasian pekerjaan.
Kekuasaan pribadi menjelaskan bahwa kelompok sumber kekuasaan berdasarkan kedudukan akan berlimpah pada orang-orang yang secara hirarki mempunyai kedudukan dalam organisasi. Pengaruh potensial yang melekat pada keunggulan individu terdiri dari: Kekuasaan keahlian (expert power), Kekuasaan kesetiaan (referent power), dan Kekuasaan karisma.
Kekuasaan keahlian (expert power) merupakan kekuasaan yang bersumber dari keahlian dalam memecahkan masalah tugas-tugas penting. Semakin tergantung pihak lain terhadap keahlian seseorang, semakin bertambah kekuasaan keahlian (expert power) orang tersebut
Kekuasaan kesetiaan (referent power) merupakan potensi seseorang yang menyebabkan orang lain mengagumi dan memenuhi permintaan orang tersebut. Referent power terkait dengan keterampilan interaksi antar pribadi, seperti pesona, kebijaksanaan, diplomasi dan empati.
Kekuasaan karisma merupakan sifat bawaan dari seseorang yang mencakup penampilan, karakter dan kepribadian yang mampu mempengaruhi orang lain untuk suatu tujuan tertentu.
Jenis-jenis
kekuasaan berdasarkan sumbernya
Sumber kekuasaan biasanya dibagi
menjadi dua kelompok besar (Robbins dan Judge,2007), yaitu:
1. Sumber kekuasaan antar individu
(interpersonal sources of power).
a) Kekuasaan Formal (Formal Power)
adalah kekuasaan yang didasarkan pada posisi individual dalam suatu organisasi.
b) Kekuasaan Personal (Personal Power)
adalah kekuasaan yang berasal dari karakteristik unik yang dimiliki seorang
individu.
2. Sumber kekuasaan struktural
(structural sources of power). Kekuasaan ini juga dikenal dengan istilah
inter-group atau inter-departmental power yang merupakan sumber kekuasaan
kelompok.
Sumber Kekuasaan Antar Individu
Pada paragrap berikut, penulis akan
membahas pengertian masing-masing kekuasaan yang telah disebutkan (Hughes et
all, 2009):
~
Kekuasaan
Memaksa (Coercive Power).
Kekuasaan ini timbul pada diri
seseorang karena ia memiliki kemampuan untuk memberikan hukuman (akibat
negatif) atau meniadakan kejadian yang positif terhadap orang lain. Pada suatu
organisasi, biasanya seseorang tunduk pada atasannya karena takut dipecat, atau
diturunkan dari jabatannya. Kekuasaan ini juga dapat dimiliki seseorang karena
ia mempunyai informasi yang sangat penting mengenai orang lain, yang mempunyai
pengaruh sangat besar terhadap orang tersebut.
~
Kekuasaan
Memberi Imbalan (Reward Power).
Kekuasaan ini timbul pada diri
seseorang karena ia memiliki kemampuan untuk mengendalikan sumber-daya yang
dapat mempengaruhi orang lain, misalnya ia dapat menaikkan jabatan, memberikan
bonus, menaikkan gaji, atau hal-hal positif lainnya.
~
Kekuasaan
Resmi (Legitimate Power).
Kekuasaan ini timbul pada diri
seseorang karena ia memiliki posisi sebaga pejabat pada struktur organisasi
formal. Orang ini memiliki kekuasaan resmi untuk mengendalikan dan menggunakan
sumber-daya yang ada dalam organisasi. Kekuasaannya meliputi kekuatan untuk
memaksa dan memberi imbalan Anggota organisasi biasanya akan mendengarkan dan
melaksanakan apa yang dikatakan oleh pemimpinnya, karena ia memiliki kekuasaan
formal dalam organisasi yang dipimpinnya.
~
Kekuasaan
karena Ahli (Expert Power).
Kekuasaan ini timbul pada diri
seseorang karena ia memiliki keahlian, ketrampilan atau pengetahuan khusus
dalam bidangnya. Misalnya seorang ahli computer yang bekerja pada sebuah perusahaan,
atau seorang karyawan yang memiliki kemampuan menggunakan 2 atau 3 bahasa
internasional, akan memiliki expert power karena sangat dibutuhkan oleh
perusahaannya.
~
Kekuasaan
karena pantas dijadikan contoh (Referent Power).
Kekuasaan ini timbul pada diri
seseorang karena ia memiliki sumber-daya, kepribadian yang menarik, atau
karisma tertentu. Kekuasaan ini dapat menimbulkan kekaguman pada orang
tersebut, dan membuat orang yang mengaguminya ingin menjadi seperti orang
tersebut. Misalnya seorang dengan kepribadian menarik, sering dijadikan contoh
atau model oleh orang lain dalam berperilaku.
~
Sumber
Kekuasaan Struktural
Sumber Kekuasaan Struktural sering
disebut juga Inter-departmental Sources of Power (Inter-group Sources of
Power). Sumber dan penggunaan kekuasaan pada tingkat kelompok, khususnya
departemen yang ada di dalam suatu organisasi memiliki nilai yang tinggi dalam
studi tentang perilaku organisasi. Saunders, 1990 (Brooks, 2006) mengatakan
bahwa kekuasaan pada tingkat departemen atau kelompok dapat berasal dari 5
sumber yang potensial, yang mungkin saja saling tumpang-tindih (overlap),
yaitu:
1. Ketergantungan (Dependency). Jika
departemen A bergantung pada departemen B untuk informasi atau kerjasama
lainnya untuk dapat mengerjakan tugasnya dengan efektif, maka departemen B
memiliki sumber kekuasaan terhadap departemen A.
2. Kesentralan (Centrality). Ini adalah
ukuran tingkat pentingnya suatu departemen bekerja untuk tujuan utama
organisasi. Secara alternatif dapat dianggap sebagai suatu ukuran seberapa
besar departemen tersebut tidak dibutuhkan oleh organisasi tersebut. Semakin
penting departemen tersebut bagi organisasinya, maka akan semakin besar
kekuasaannya.
3. Sumber Dana (Financial
Resources).Departemen yang menghasilkan sumber dana sendiri, khususnya jika
mereka mampu menghasilkan pendapatan lebih besar dibandingkan departemen
lainnya, akan mendapatkan keuntungan dari sumber kekuasaan ini.
4. Ketidak-berlanjutan
(Non-sustainability). Berhubungan dengan tingkat pentingnya departemen
tersebut. Keberlanjutan adalah suatu ukuran seberapa mudah fungsi dari
departemen tersebut digantikan oleh yang lain. Departemen yang mudah ditutup
karena dapat digantikan fungsinya, akan memiliki kekuasaan yang rendah.
5. Menghadapi ketidak-pastian (Copying
with uncertainty). Departemen yang memiliki kemampuan menurunkan
ketidak-pastian bagi departemen yang lain, akan memiliki kekuasaan yang lebih
besar.Departemen yang memiliki kekuasaan lebih tinggi akan memiliki daya tawar
(bargaining power) dan pengaruh (influencing power) yang lebih besar
dibandingkan departemen yang kekuasaannya lebih rendah.
Ada
5 konsep kekuasaan menurut John Brench dan Bertram raven, yaitu:
a. kuasa paksaan (coercive power), yang mampu menghukukm seseorang yang tidak melakukan perintah.
b. reward power, yang diberi order untuk melakukan sesuatu dapat tunduk jika diberi imbalan
c. legitimative power, seorang penguasa akan menuntut bawahannya agar taat padanya
d. expert power, seseorang penguasa memang memiliki keahlian dalam bidang
e. referent power, sang penguasa memiliki karisma sehingga para pengikutnya ingin menjadi seperti dia dan mau meakukan apa saja untuknya.
a. kuasa paksaan (coercive power), yang mampu menghukukm seseorang yang tidak melakukan perintah.
b. reward power, yang diberi order untuk melakukan sesuatu dapat tunduk jika diberi imbalan
c. legitimative power, seorang penguasa akan menuntut bawahannya agar taat padanya
d. expert power, seseorang penguasa memang memiliki keahlian dalam bidang
e. referent power, sang penguasa memiliki karisma sehingga para pengikutnya ingin menjadi seperti dia dan mau meakukan apa saja untuknya.
·
Definisi Pengaruh
Sebagai esensi dari
kepemimpinan, pengaruh diperlukan untuk menyampaikan gagasan, mendapatkan
penerimaan dari kebijakan atau rencana dan untuk memotivasi orang lain agar
mendukung dan melaksanakan berbagai keputusan..
Jika kekuasaan
merupakan kapasitas untuk menjalankan pengaruh, maka cara kekuasaan itu
dilaksanakan berkaitan dengan perilaku mempengaruhi. Oleh karena itu, cara
kekuasaan itu dijalankan dalam berbagai bentuk perilaku mempengaruhi dan
proses-proses mempengaruhi yang timbal balik antara pemimpin dan
pengikut, juga akan menentukan efektivitas
kepemimpinan.
Pengaruh Taktik Organisasi
Kekuasaan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain. Selain menggunakan kekuasaan, ada berbagai cara yang
dapat digunakan oleh orang yang berada dalam organisasi untuk mempengaruhi
orang lain.
Taktik-taktik
mempengaruhi (Influence Tactics) adalah cara-cara yang biasanya digunakan oleh
seseorang untuk mempen-garuhi orang lain, baik orang yang merupakan atasan,
setingkat, atau bawahannya. Dengan mengetahui dan menggunakan hal ini, maka
seseorang dapat mempengaruhi orang lain, dengan tidak menggunakan kekuasaan
yang dimilikinya.
Kipnis
dan Schmidt adalah peneliti yang pertama kali meneliti taktik-taktik yang biasa
digunakan orang untuk mempengaruhi orang lain. (Kipnis dan Schmidt, 1982).
Berbagai alat ukur telah dibuat untuk meneliti taktik mempengaruhi, dan salah
satu yang terbaik adalah yang dibuat oleh Yukl dkk, yaitu yang disebut
Influence Behavior Questionnaire (Yukl, Lepsinger, and Lucia, 1992). Hasil
penelitian Yukl dkk, menun-jukkan ada sembilan jenis taktik yang biasa
digunakan di dalam organisasi (Hugheset all, 2009), yaitu:
·
Persuasi
Rasional (Rational Persuasion), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain
dengan menggunakan alasan yang logis dan bukti-bukti nyata agar orang lain
tertarik.
·
Daya-tarik
Inspirasional (Inspirational Appeals), terjadi jika seseorang mempengaruhi
orang lain dengan menggunakan suatu permintaan atau proposal untuk membangkitkan
antusiasme atau gairah pada orang lain.
·
Konsultasi
(Consultation), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan mengajak
dan melibatkan orang yang dijadikan target untuk berpartisipasi dalam pembuatan
suatu rencana yang akan dilaksanakan.
·
Mengucapkan
kata-kata manis (Ingratiation), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain
dengan menggunakan kata-kata yang membahagiakan.
·
Daya-tarik
Pribadi (Personal Appeals), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain atau
memintanya untuk melakukan sesuatu karena merupakan teman atau karena dianggap
loyal.
·
Pertukaran
(Exchange), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan memberikan
sesuatu keuntungan tertentu kepada orang yang dijadikan target, sebagai imbalan
atas kemauannya mengikuti suatu permintaan tertentu.
·
Koalisi
(Coalitions), terjadi jika seseorang meminta bantuan dan dukungan dari orang
lain untuk membujuk agar orang yang dijadikan target setuju.
·
Tekanan
(Pressure), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan
ancaman, peringatan, atau permintaan yang berulang-ulang dalam meminta sesuatu.
·
Mengesahkan
(Legitimacy), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan
jabatannya, kekuasaannya, atau dengan mengatakan bahwa suatu permintaan adalah
sesuai dengan kebijakan atau aturan organisasi.
DAFTAR
PUSTAKA
John
R. Schemerhorn, James G. Hunt, and Richard N. Osborn, Basic Organizational
Behavior, 2nd edition, 1998, hlm 195.
Sukoco, Badri Munir.
(2007). Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Jakarta:
Erlangga.
Tangkilisan, Drs.Hessel
Nogi S. (2005). Manajemen Publik. Jakarta: PT. Grasindo.
Eds. K. E. Clark, M. B. Clark, and D.
P. Campbell. Greensboro, NC:Center for Creative Leadership.
Robbins and Judge. 2007. Organizational
Behavior 12th Edition. Pearson International Edition, New Jersey.
Kipnis, D., and S. M. Schmidt. 1982.
Profiles of Organizational Strategies. Form M.San Diego, CA: University
Associates.
0 komentar:
Posting Komentar